Senin, 15 April 2013

Beri Bantuan : Sejumlah Wartawan kunjungi Keysyah, Si penderita Hidrosefhalus



BAGANSIAPIAPI,KABARROHIL-Tampak Rumah berdinding papan tanpa cat berukuran enam meter kali sepuluh meter di jalan Pelabuhan Baru ujung Kepenghuluan Bagan Hulu Bagansiapiapi. Disebelahnya bangunan dinding batu dengan kontruksi bangunan bertingkat juga tanpa bercat. Dimana penangkaran sarang wallet dengan suara bergema diatas lantai empat. Bangunan berdinding papan tanpa cat itulah sosok usia lebih dari setengah abad Afrida menemani cucunya Nikeysyah Mawaddah Saika yang senantiasa terbaring di lantai, Senin (15/4/2013). Balita yang berusia 2,5 tahun itu hanya bisa berbaring karena penyakit yang dideranya, Hidrosefhalus (pembesaran di kepala,red). Para kuli tinta yang bertugas di Kabupaten Rokan Hilir bersama-sama meninjau ke rumah tersebut yang disambut oleh Afrida didampingi ibu dari Keysyah.


Kepada Wartawan, Afrida menjelaskan selama 1,5 tahun belakangan ini Keysyah (si penderita Hidrosefhalus,red), begitu dia biasa dipanggil, tidak pernah dikontrol, sedangkan seharusnya dilakukan control satu bulan sekali di Pekanbaru. Namun bagi Afrida, apalah daya karena dirinya tidak memiliki biaya untuk melakukan hal tersebut. Jangankan untuk berobat, sebutnya untuk biaya perjalanan ke Pekanbaru saja tidak dimilikinya.

“Belum lagi dikontrol. Udah lama, udah setahun setengah lah,” tutur Afrida.

Sementara itu, Keysyah tidak memiliki ayah lagi, yang diandalkan dalam keluarga hanya kakeknya bernama Joni yang berprofesi sebagai nelayan. Sedangkan ibunya Keysyah, Rini hanya bekerja disalah satu pusat permainan anak-anak di Bagansiapiapi.


“Untuk makan hari-hari bisalah,”ujar Afrida.

Dalam kesempatan itu, Nopriosandi Wartawan Riau terkini memberikan bantuan kepada Keysyah melalui neneknya Afrida sebesar sejuta rupiah. Padahal dalam minggu ini rumahnya baru saja di satroni maling.

“ini bantuan dari perusahaan kami sebagai peduli terhadap Keysyah penderita Hidrosefhalus,”ujar Noprisandi.

Tak pelak, Mata Afrida tampak berlinang sambil melihat cucunya Keysyah yang berbaring di depan lipatan kakinya. Dirinya menundukkan kepala sejenak begitu diterima bantuan tersebut. Kemudian diletakkannya uang itu di perut Keysyah. Balita yang masih polos itu mengambil selembar uang itu. Lalu dipegangnya sambil mengangkatnya ke atas. Matanya melirik ke wartawan yang ada didepannya.

“Terima kasih atas bantuan ini,”sebut Arfida.

Dia mengatakan sangat mengharapkan bantuan untuk biaya control maupun operasi cucunya Keysyah disaat berusia lima tahun nanti.

Dalam kesempatan ini, para jurnalis menyarankan agar membuat proposal bantuan kepada pemerintah kabupaten Rokan Hilir agar mendapatkan biaya dan perawatan dari pemerintah daerah.


“Ibu bikin saja proposal bantuan kepada pemerintah daerah. Kami siap membantu untuk menyerahkan proposal tersebut,”tutur Noprisandi.

Sang nenek yang lebih setengah abad itupun tampak matanya semakin berlinang. Sedangkan Keysyah yang terbaring didepannya mulai menangis. Air mata Keysyah bercucur di pelipis wajahnya. Dia mengerang sambil tangannya diangkat keatas. Arfida yang melihat hal tersebut hanya dapat mengusap kepala Keysyah. Namun Keysyah terus menangis mengeluarkan suaranya lebih besar. Afrida sang nenek kemudian melakukan untuk memiringkan kepala Keysyah menghadap kepada para Jurnalis. Seketika tangis Keysyah terhenti setelah kepala beserta badannya dimiringkan menghadap para wartawan.

“Rupanya Keysyah ingin melihat kalian,”jelas Afrida mengakhirinya. (AGR)