Bagansiapiapi,KABARROHIL-Dalam catatan riwayat hidupnya tertulis lahirnya
di Bagansiapiapi, pada tanggal 17 April 1940. Negeri asalnya kampung Bangko, khususnya
Bangko Kanan. Dia putera dari MAAMUN. Maamun
ayahnya, ketika dia dilahirkan belum menjabat sebagai Penghulu Bangko Kanan. Baru kemudian ditahun 1946
Maamun diangkat menjadi Penghulu sampai
dengan tahun 1960.
“Nama
ayahnya MAAMUN, bukan MAKMUN,”jelas Buya Hamka Riau kepada KABARROHIL, belum lama ini.
Menurut
kebiasaan siapa saja yang bernama serupa
dapat dipastikan tertulis MAKMUN. Tapi tidak demikian ayah Annas, dia menulis
namanya dengan MAAMUN, dobel huruf A. Mungkin karena terpengaruh dengan nama
ayahnya memiliki huruf ganda, Annas tidak mau kalah, dia tulis pula namanya
dengan menggandakan huruf N, tidak seperti kebiasaan orang yang bernama sama
dengan menulis namanya biasa saja ANAS. Sehingga kemudian namanya menjadi ANNAS
MAAMUN, dengan memakai 2 huruf ganda dalam namanya.
“Agaknya,
menurut fa-al nama, karena memiliki 2
huruf ganda di dalam namanya itu, menjadikan dia tahan banting, bergulat dan
bergelut dalam kancah kehidupan dan perjuangannya sampai kini,”tuturnya.
Dari sisi telaahan sebuah nama selalu menunjukkan
jati diri dan kepribadian seseorang. Tidak kalah pentingnya, nama cerminan dari
sikap seseorang. Banyak yang bernama Anas –tapi tidak Annas-, biasa-biasa saja,
meskipun ada juga Anas yang berkedudukan mulia sebagai shahabat Rasulullah saw,
yakni Anas bin Malik.
Annas Maamun, anak asli Bangko. Sebuah kampung yang
dibelah oleh sebuah anak sungai dari sungai Rokan dan diberi nama Sungai
Bangko. Sungai Bangko airnya hitam, tapi bening. Dulu, dikenal banyak ikannya,
dan ikan-ikan Bangko dikenal pula enak berbeda dengan ikan-ikan yang berada di
sungai Rokan. Mungkin karena pengaruh airnya yang hitam bening dan dingin.
Sungai Bangko kemudian menjadikan kampung Bangko menjadi dua, yakni Bangko
Kanan dan Bangko Kiri. Kalau kita menghilir atau memudik di sungai Rokan ketika
kita masuk kedalam sungai Bangko, sebelah kanan kita adalah Bangko Kanan, dan
sebelah kiri kita Bangko kiri. Meskipun kampung Bangko ini dibelah oleh sungai
sehingga menjadinya terpisah, tapi masyarakatnya tidak pernah merasa
dipisahkan. Kedua kampung amat rukun dalam segala hal. Sepanjang sungai Bangko
mulai dari kuala yang terletak di Sungai Rokan, berjejer rumah penduduk. Namun
sekitar tahun 60-an setelah terjadinya penggalian terusan yang memotong sungai
Rokan agar lebih cepat menuju Bangko, terjadi abrasi tebing yang luar biasa.
Akibat dari abrasi itu banyak penduduk yang harus membongkar rumahnya takut
roboh ke sungai dan memindahkannya jauh ke arah darat.
“Dari sinilah penduduk Bangko membuat komunitas
baru yang sekarang dikenal dengan PEMATANG IBUL. Apatah lagi setelah jalan
lintas yang dibangun PT. CPI telah pula dibuat. Dan sekarang Bangko Kanan dan Kiri sudah menjadi
sebuah Kecamatan bernama KECAMATAN BANGKO PUSAKO. Seakan-akan penamaan ini
menjadi penyatu dari 2 Bangko. Itu terjadi di zaman Annas Maamun menjadi Ketua
DPRD Rokan Hilir,”pungkas Buya Hamka Riau. ()
Tidak ada komentar:
Posting Komentar