Minggu, 17 Maret 2013

Hamka Riau : Namanya ANNAS MAAMUN bukan ANAS MAKMUN



Bagansiapiapi,KABARROHIL-Dalam catatan riwayat hidupnya tertulis lahirnya di Bagansiapiapi, pada tanggal 17 April  1940. Negeri asalnya kampung Bangko, khususnya Bangko Kanan. Dia putera dari  MAAMUN. Maamun ayahnya, ketika dia dilahirkan belum menjabat sebagai Penghulu  Bangko Kanan. Baru kemudian ditahun 1946 Maamun diangkat menjadi Penghulu  sampai dengan tahun 1960.

“Nama ayahnya MAAMUN, bukan MAKMUN,”jelas Buya Hamka Riau kepada KABARROHIL, belum lama ini.

Menurut  kebiasaan siapa saja yang bernama serupa dapat dipastikan tertulis MAKMUN. Tapi tidak demikian ayah Annas, dia menulis namanya dengan MAAMUN, dobel huruf A. Mungkin karena terpengaruh dengan nama ayahnya memiliki huruf ganda, Annas tidak mau kalah, dia tulis pula namanya dengan menggandakan huruf N, tidak seperti kebiasaan orang yang bernama sama dengan menulis namanya biasa saja ANAS. Sehingga kemudian namanya menjadi ANNAS MAAMUN, dengan memakai 2 huruf ganda dalam namanya.

“Agaknya, menurut fa-al nama, karena memiliki 2 huruf ganda di dalam namanya itu, menjadikan dia tahan banting, bergulat dan bergelut dalam kancah kehidupan dan perjuangannya sampai kini,”tuturnya.

Dari sisi telaahan sebuah nama selalu menunjukkan jati diri dan kepribadian seseorang. Tidak kalah pentingnya, nama cerminan dari sikap seseorang. Banyak yang bernama Anas –tapi tidak Annas-, biasa-biasa saja, meskipun ada juga Anas yang berkedudukan mulia sebagai shahabat Rasulullah saw, yakni Anas bin Malik.

Annas Maamun, anak asli Bangko. Sebuah kampung yang dibelah oleh sebuah anak sungai dari sungai Rokan dan diberi nama Sungai Bangko. Sungai Bangko airnya hitam, tapi bening. Dulu, dikenal banyak ikannya, dan ikan-ikan Bangko dikenal pula enak berbeda dengan ikan-ikan yang berada di sungai Rokan. Mungkin karena pengaruh airnya yang hitam bening dan dingin. Sungai Bangko kemudian menjadikan kampung Bangko menjadi dua, yakni Bangko Kanan dan Bangko Kiri. Kalau kita menghilir atau memudik di sungai Rokan ketika kita masuk kedalam sungai Bangko, sebelah kanan kita adalah Bangko Kanan, dan sebelah kiri kita Bangko kiri. Meskipun kampung Bangko ini dibelah oleh sungai sehingga menjadinya terpisah, tapi masyarakatnya tidak pernah merasa dipisahkan. Kedua kampung amat rukun dalam segala hal. Sepanjang sungai Bangko mulai dari kuala yang terletak di Sungai Rokan, berjejer rumah penduduk. Namun sekitar tahun 60-an setelah terjadinya penggalian terusan yang memotong sungai Rokan agar lebih cepat menuju Bangko, terjadi abrasi tebing yang luar biasa. Akibat dari abrasi itu banyak penduduk yang harus membongkar rumahnya takut roboh ke sungai dan memindahkannya jauh ke arah darat.

“Dari sinilah penduduk Bangko membuat komunitas baru yang sekarang dikenal dengan PEMATANG IBUL. Apatah lagi setelah jalan lintas yang dibangun PT. CPI telah pula dibuat. Dan  sekarang Bangko Kanan dan Kiri sudah menjadi sebuah Kecamatan bernama KECAMATAN BANGKO PUSAKO. Seakan-akan penamaan ini menjadi penyatu dari 2 Bangko. Itu terjadi di zaman Annas Maamun menjadi Ketua DPRD Rokan Hilir,”pungkas Buya Hamka Riau. ()

Tidak ada komentar:

Posting Komentar