Minggu, 06 Mei 2012

Mengenang sekelumit perjuangan sepanjang sungai Rokan :

Misran Rais : Mereka tidak berhasil mendarat

BAGANSIAPIAPI,KABARROHIL-Pada pertengahan Januari tahun 1949 kota Bagansiapiapi diduduki oleh Militer Belanda. Akhirnya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) kecamatan bangko pindah ke Bangko Kanan. Demikian diungkap Sersan I Misran Rais mengenang kembali perjuangannya di daerah sepanjang Sungai Rokan kepada KABARROHIL, Sabtu (5/5).

“Yang menjadi kepala pemerintahan sekaligus menjadi komandan militer, camat militer kecamatan Bangko pertama adalah Abdullah Sukub sedangkan wakil camat Militer adalah Maamun (Maamun OK Lawi, orang tua bupati Rohil H.Annas Maamun, red). Kedua-duanya berpangkat Letnan I Tetuler,”tutur pencipta lagu Mars dan Hymne Rokan Hilir ini.

Dijelaskannya, tempo itu pemuda dan  pejuang yang tergabung menjadi anggota komando pangkalan gerilya (KPG) sebanyak 101 orang dan staff Markas sebanyak 31 orang. Kemudian itu dilanjutkannya, Abdullah Sukub pindah ke Dumai.

“Tugas camat militer kemudian dijabat oleh Maamun,”jelasnya.

Lanjutnya mengatakan pada awal pebruari 1949 militer Belanda menyerang Bangko Kanan. Akhirnya terjadi kontak senjata pertama,sebutnya. Karena persenjataan KPG yang tidak seimbang akhirnya pasukan KPG mundur. Militer Belanda kemudian langsung berangkat ke Tanah Putih dan dapat didudukinya.

“Penyerangan Militer Belanda ke dua terjadi pada bulan April tahun 1949,”terangnya.

Disebutnya, pemerintah darurat RI kecamatan Bangko pada saat itu sudah berpindah-pindah tempat ke Pematang Ibul, pematang Semut, bahkan hingga ke Pematang di Hulu Sungai Bangko. Dijelaskannya, Militer Belanda senantiasa mencari Camat militer Maamun.

“Karena yang dicari tidak ditemukan maka Mahara isterinya Maamun beserta anak-anaknya ditawan,”ujar Misran Rais.

Dikatakan Misran, kemudian mereka dibawa ke Tanah Putih selanjutnya Militer Belanda menuju Hulu Sungai Rokan. Disebut Misran kampong Sedinginan tidak disinggahinya karena mereka terus menuju Rantau Kopar. Dijelaskannya Gudang P3 (Pusat Perbekalan Pejuang) saat itu sudah dibumi hangus.

“Pertempuran terus berlangsung kapal RP Belanda tidak bisa mendarat, mereka  berputar-putar sambil menembak membabi buta ke darat. Pasukan KPG tetap bertahan di parit-parit sebagai benteng pertahanan. Sekali-kali membalas tembakan. Pertempuran berlangsung hingga sore, akhirnya kapal RP Belanda meninggalkan rantau kopar. Mereka tidak berhasil mendarat,”tandasnya. (andi krc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar