- MELAYANG Karya :Andi Gun(Gandi Gonakovic)
Langit biru......Laut biru.....hati biru......
Semuanya biru, hanya ada bintang tiga di atas mengudara di cakrawala.
Merah darahku berselubung dialam ragaku,
Putih tulangku menyanggah kekuatanku.
Aku ingat pekik merdeka berkumandang dua hari lalu,
Tampa perang, tanpa senjata, hanya ada menaikkan bendera.
Dan proklamasi dibaca saat detik-detik waktu tiba.
Aku melayang.... mengudara,
terbawa angin surga di fatamorgana.
dicabik-cabik oleh penguasa didunia.
korupsi, kolusi, nepotisme merajalela.
mereka tak tahu milik siapa yang mereka dapat.
Melayang.......
Menerawang........
Kapan Indonesia bisa betul-betul bisa.
Bisa makan sendiri,
Bisa kerja sendiri,
Bisa tidur sendiri,
bisa bangkit sendiri.
DIAM
karya Andi Gun (Gandi Gonakovic)
Engkau duduk terpaku bagaikan rumah tak beratap
Kepanasan jika disiang bolong
Kedinginan di malam melompong
titik matahari melampias disegala peluru
noda embun merontak menitis kalbu hati sendu
Engkau berdiri kaku bagaikan dinding tak berpaku
Diam ......., kelu....... kaku......menjadi batu
membelah bumi ibu pertiwi.
Engkau hanya bisu seribu bahasa yang tak bisa,
Menghadap yang kuasa tengadah harapan
Dibalik kelambu putih yang terselubung
Diam bersahaja di bilik lahat bernisan batu.
- JEMUR
Buah karya Andi Gun(Gandi Gonakovic)
Terik cipta sang khalik tembus kepanasan
Sejuk juga cipta sang khalik kedinginan
terang dan gelap dua sejoli tak terpisahkan
Aku berjemur dipelataran pasir menantang pulau
Fatamorgana menghiasi pelangi cinta
berkeping-keping oleh hawa nan rindu
Kemanapun larinya kan kukejar terbesik hati.
tutur kata menghiasi rona-rona pertikaian
kosa kata dihiasi dengan kerinduan
Dalam subur yang perlu digali seribu meter
jumpa sang kekasih hanya lewat dunia maya.
KOLONG
Buah karya Andi Gun (Gandi Gonakovic)
Tertatih merayap bisa dibilang karena hanya dua mata menatap,
Aku sendiri tak tahu kemana akan pergi menampik hati nan sendu.
Tiang-tiang berdiri kebingungan lihat anak bangsa tinggal sendirian,
Tanah becek dilumuri hujan kemaren sore.
Tertatih merayap bisa dibilang karena mata menatap sayu-sayu,
Aku tak tahu kemana kan mengadu karena tiang-tiang hanya tinggal tiang saja.
Berdiri aku terpaku tiang memuncak kelangit menggapai awan mererawang,
Terbesit kata "Kemana aku mencari keadilan".
Aku menoleh harapan yang tertoreh di jari-jemari siputri jemur,
Yang hanya tinggal menunggu pejaka melamar untuk tinggal diam.
Tiang-tiang bermuara kinipun muncul cahaya kemerlip,
Tak tahu sampai kapan kolong menjadi mewah dan mewah ditampik kolong.
BINCANG INDONESIA
Selasa, 08 November 2011
PUISIKU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar